teks

GANJA BUKAN NARKOTIKA GANJA BUKAN NARKOTIKA GANJA BUKAN NARKOTIKA GANJA BUKAN NARKOTIKA GANJA BUKAN NARKOTIKA

Senin, 18 Maret 2013

Marijuana Melawan AIDS Stadium Lanjut

Senyawa yang terkandung dalam tanaman ganja dapat menghambat multiplikasi virus human immunodeficiency (HIV) pada penderita AIDS tingkat lanjut. Hasil studi baru tersebut diterbitkan oleh peneliti dari Mount Sinai School of Medicine dalam jurnal PLoS ONE.
Cristina Maria Constantino
Ganja digunakan secara medis untuk mengatasi penyakit yang disertai dengan hilangnya nafsu makan atau penurunan berat badan yang parah dan juga untuk pengendalikan rasa  nyeri yang kronis, seperti gejala yang biasanya terjadi pada penderita AIDS. Demikian dilaporkan Mihon Cristian dari Doctor Tipster.
Melalui studi ini, para ilmuwan mengetahui bahwa reseptor cannabinoid yang berada pada permukaan sel-sel kekebalan tubuh, yaitu CB1 dan CB2 yang dipancing oleh senyawa ganja dapat menghambat penyebaran virus HIV pada tubuh manusia. Sangat penting bagi para ilmuwan untuk mengetahui efek setelah mengaktifkan reseptor CB1 dan CB2. Pengetahuan seperti ini kedepannya dapat dikembangkan untuk membuat obat yang dapat memperlambat perkembangan AIDS.
Cristina Maria Constantino dari Mount Sinai School of Medicine mengatakan: “Kami telah mengetahui bahwa obat-obatan dari cannabinoid memiliki efek terapi pada pasien AIDS. Kami ingin menjelajahi reseptor cannabinoid sebagai target terhadap intervensi farmasi dalam hal pengobatan AIDS stadium tinggi dan mencegah perkembangan lebih lanjut dari penyakit tersebut tanpa ada efek samping yang tidak diinginkan.”
Virus HIV menginfeksi limfosit T helper ketika masuk ke dalam tubuh yang membuatnya tidak efektif dalam memerangi infeksi. Untuk menyebar, HIV memerlukan limfosit T helper yang tidak aktif untuk diaktifkan oleh sistem kekebalan tubuh.
Pada penderita AIDS tingkat lanjut, mutasi virus dihasilkan untuk menembus limfosit T helper yang tidak aktif. Tindakan ini dimediasi oleh reseptor sinyal yang disebut CXCR4. Dengan menggunakan reseptor cannabinoid yang dapat mengaktifkan reseptor CB2, para ilmuwan menyadari bahwa reseptor CB2 yang diaktifkan dapat memblokir reseptor CXCR4, sehingga dapat menekan penyebaran infeksi.
Dengan memancing reseptor CB1, ganja atau senyawa lain yang memiliki efek yang sama seperti ganja dapat memberikan “efek samping yang tidak diinginkan” yang sering disebut dengan istilah “HIGH”. Mungkin pasien tidak menginginkan efek high tersebut, tetapi mereka harus menerima konsekuensi itu.
Para ilmuwan berniat mengembangkan bagian dari senyawa ganja yang hanya digunakan untuk memancing reseptor CB2 dalam rangka mengurangi infeksi pada sel T helper yang tidak aktif, tanpa menghasilkan perasaan euforia yang terkait dengan ganja.
Karena hasil studi tersebut dianggap sangat penting, para peneliti sekarang ini tengah mengembangkan model laboratorium untuk mempelajari pengobatan pada pasien AIDS stadium lanjut dengan menguji efektivitas senyawa dalam ganja yang dapat memicu reseptor CB2. (cpt)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar